Limbah adalah kotoran
atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran terdiri dari zat atau
bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah industri kebanyakan
menghaslkan limbah yang bersifat cair atau padat yang masih kaya dengan zat
organik yang mudah mengalami peruraian. Kebanyakan industri yang ada membuang
limbahnya ke perairan terbuka, seingga dalam waktu yang relatif singkat akan
terjadi bau busuk sebagai akibat terjadinya fermentasi limbah. Sebagian
pengusaha industri yang akan membuang limbah diwajibkan mengolah terlebih
dahulu untuk mencegah pencemaran lingkungan hidup disekitarnya.
Limbah cair pabrik
kelapa sawit ialah buangan yang dihasilkan pada saat proses kelapa sawit yang
berbentuk cair atau liquid. Limbah
yang mengandung senyawa organik umumnya dapat dirombak oleh bakteri dan dapat
dikendalikan secara biologis. Limbah cair PKS mengandung padatan melayan dan
terlarut maupun emulsi minyak dalam air. Limbah yang langsung dibuang ke sungai
sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, mengkonsumsi oksigen
terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang sangat tajam, dan dapat
merusak daerah pembiakan ikan. Bahan buangan yang dihasilkan dari kegiatan
industri dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan yang
selanjutnya akan mengganggu atau mempengaruhi kehidupan masyarakat itu sendiri.
Dampak dari kegiatan industri yang berpengaruh buruk tersebut terutama disebabkan
oleh bahan-bahan pencemar yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik industri. Limbah
cair PKS juga mengandung minyak yang akan mempengaruhi aktifitas bakteri, yaitu
minyak tersebut berperan sebagai isolasi antara substrat dengan bakteri dan
bila bereaksi dengan alkali dapat membentuk sabun berbusa yang sering mengapung
dipermukaan kolam dan bercampur dengan benda–benda yang lain. Dengan banyaknya
zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya
kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian akan
menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen seperti ikan,
bakteri-bakteri dan tanaman atau tumbuhan air akan terganggu dan terhambat
perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya
oksigen di dalam air dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di dalam
air limbah tersebut. Limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki potensi sebagai
pencemar lingkungan karena berbau, mengandung kadar minyak/lemak, nilai COD dan
BOD serta padatan tersuspensi yang tinggi, sehingga perlu pengolahan lebih
lanjut supaya limbah organik tersebut dapat diolah secara maksimal pada pH yang
netral yaitu pH yang cocok bagi bakteri pengurai, sebelum dibuang kebadan
sungai, sehingga air tersebut dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan terutama
dalam mendukung kehidupan biota yang ada disungai tersebut.
Bila air limbah minyak kelapa sawit tidak terlebih dahulu diolah akan
mengakibatkan terjadinya proses pembusukan di badan air penerima (outlet). Proses pembusukan mengakibatkan
berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air, sehingga akan mengganggu
kehidupan mikroorganisme air. Air limbah industri yang belum diolah tersebut
bila dibuang langsung ke sungai akan mengubah pH air yang dapat mengganggu
kehidupan organisme sungai. Melihat dampak yang ditimbulkan limbah pada masa
sekarang maupun pada masa yang akan datang diperlukan langkah pencegahan,
penanggulangan dan pengelolaan limbah cair PKS lebih serius. Antara lain upaya
yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif pencemaran lingkungan
adalah penurunan kadar minyak limbah kelapa sawit, penurunan nilai BOD dan COD.
Untuk menghasilkan
limbah cair (effluent) yang layak dan
aman bagi lingkungan, maka PKS GMK Satui melakukan pengendalian limbah secara biologis
(sistem kolam anaerob dan aerob) dan secara kimiawi dengan menambahkan
bahan-bahan kimia seperti soda ash dan janjang kosong agar menguragi logam-logam
berat serta padatan-padatan yang terkandung pada limbah cair tersebut.
4.2
Tujuan
Tujuan dari tugas
khusus ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pH limbah dan alkalinitas limbah agar diketahui apakah bakteri dalam
limbah masih mampu bertahan atau tidak untuk mengolah limbah yang ada.
2. Agar
diketahui kapasitas atau kemampuan bakteri yang cocok untuk mengubah limbah PKS
menjadi limbah yang tidak berbahaya bagi lingkungan.
4.3
Metodologi
Pada analisa limbah cair PKS ini biasanya disebut dengan feeding limbah. Mengambil limbah jadi 10
L dan masing-masing dimasukan ke dalam ember sebanyak 3 ember dan ditutup. Mengukur
pH dan alkanitas awal limbah dalam ember. Untuk mengukur alkalinitas, ambil
sampel limbah sebanyak 10 mL kemudian dimasukan ke dalam erlenmeyer dan
ditambahkan 5 tetes indikator Methyl Orange, lalu dititrasi dengan H2SO4
0,1017N, catat volum titrasinya. Sedangkan untuk mengukur pH menggunakan kertas
lakmus yang dicelupkan pada sampel.
Setelah 4 jam, ukur lagi pH dan alkalinitas limbah di
dalam ember. Setelah itu, tambahkan limbah mentah ke dalam limbah jadi yang ada
di ember dengan variasi pada ember A:5%, B:10%, dan C:15%. Atau pada ember A
ditambahkan 250 mL limbah mentah, pada ember B ditambahkan 500 mL limbah
mentah, dan pada ember C ditambahkan 750 mL limbah mentah.
Untuk hari ke 2 (setelah 24 jam), ukur pH dan alkalinitas
limbah dalam masing-masing ember. Kemudian tambahkan limbah mentah, 250 mL pada
ember A, 500 mL pada ember B, 750 mL pada ember C. Setelah 4 jam, ukur kembali
pH dan alkalinitas, lalu tambahkan limbah mentah ke masing-masing ember dengan
perbandingan variasi sama seperti sebelumnya.
Untuk hari ke 3 sampai ke 6, mengulangi langkah seperti
hari ke 2.
4.4
Hasil dan Pembahasan
4.4.1
Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan pH dan Volum
Titrasi pada Limbah Cair
Hari
ke
|
pH
|
Volum
Titrasi (mL)
|
|||||
A
|
B
|
C
|
A
|
B
|
C
|
||
1
|
8.00
|
8
|
8
|
8
|
5,6
|
5,6
|
5,6
|
11.00
|
8
|
8
|
8
|
5,6
|
5,6
|
5,6
|
|
2
|
8.00
|
8
|
8
|
8
|
5,6
|
5,0
|
5,1
|
11.00
|
8
|
8
|
8
|
5,5
|
5,3
|
5,1
|
|
3
|
8.00
|
8
|
8
|
8
|
5,2
|
4,8
|
4,6
|
11.00
|
8
|
7
|
6
|
4,8
|
4,3
|
4,2
|
|
4
|
8.00
|
7
|
6
|
5
|
5,1
|
4,7
|
4,4
|
11.00
|
7
|
6
|
5
|
4,9
|
4,1
|
3,8
|
|
5
|
8.00
|
7
|
6
|
5
|
4,6
|
3,4
|
3,1
|
11.00
|
7
|
6
|
5
|
3,9
|
3,4
|
2,8
|
|
6
|
8.00
|
7
|
6
|
5
|
4,5
|
3,6
|
3,5
|
4.4.2
Hasil Perhitungan
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan pH dan
Alkalinitas pada Limbah Cair
Hari
ke
|
pH
rata-rata
|
Alkalinitas
rata-rata
|
||||
A
|
B
|
C
|
A
|
B
|
C
|
|
1
|
8
|
8
|
8
|
2847,60
|
2847,60
|
2847,60
|
2
|
8
|
8
|
8
|
2822,18
|
2618,78
|
2593,35
|
3
|
8
|
7,5
|
7
|
2542,50
|
2313,68
|
2237,40
|
4
|
7
|
6
|
5
|
2542,50
|
2237,40
|
2084,85
|
5
|
7
|
6
|
5
|
2161,13
|
1728,90
|
1500,08
|
6
|
7
|
6
|
5
|
2288,25
|
1830,60
|
1779,75
|
4.4.3
Pembahasan
Limbah cair PKS bersifat asam, sehingga untuk mengetahui
bakteri dalam kolam limbah masih berfungsi (hidup) atau tidak disini dilakukan
dengan cara menganalisis pH dan alkalinitas dari sampel kolam limbah tersebut.
pH merupakan angka yang digunakan untuk menunjukkan intensitas asam dan basa
suatu larutan. Sedangkan alkalinitas merupakan pengukuran yang menunjukan
kemampuan suatu larutan untuk menetralkan asam.

Gambar 4.1 Hubungan Hari dengan pH
pada Limbah Cair
Dari gambar 4.1
menunjukan bahwa pada hari-hari terakhir (5 dan 6), pH bakteri yang terdapat
pada limbah A, B, maupun C semakin menurun atau semakin asam. Gambar 4.1 juga
menunjukan bahwa hanya bakteri pada limbah A (variasi 5%) yang masih sanggup
bertahan hidup hingga hari ke 6 dapat dilihat bahwa pH pada bakteri limbah A
dalam keadaan netral (pH = 7). Sedangkan bakteri pada limbah B (variasi 10%)
dan limbah C (15%) pH-nya sudah dibawah 7. Hal ini berarti bakteri pada limbah
B dan limbah C sudah tidak mampu mengubah limbah mentah menjadi limbah jadi.
Disebabkan bakteri pada limbah B dan limbah C tidak mampu bertahan hidup di
suasana asam (pH < 7). Bakteri di dalam limbah hanya mampu hidup pada
keadaan basa atau pada keadaan netral (pH ≥ 7).

Gambar 4.2 Hubungan Hari dengan
Alkalinitas pada Limbah Cair
Gambar 4.2 menunjukan hubungan
hari dengan alkalinitas pada limbah cair. Semakin hari, maka alkalinitas limbah
cair juga menurun. Alkalinitas limbah cair menurun berarti kemampuan bakteri
pada limbah cair untuk menetralkan asam dari limbah mentah PKS juga menurun.
Hal ini dikarenakan bakteri pada limbah cair PKS tidak mampu bertahan hidup
karena terlalu banyak limbah mentah yang diberikan (suasana menjadi terlalu
asam atau kelebihan asam).
Alkalinitas limbah A
pada hari ke 6 masih > 2000. Hal ini menunjukan bahwa bakteri pada limbah A
masih sanggup bertahan dan masih mampu mengubah limbah mentah menjadi limbah
cair. Sedangkan alkalinitas pada limbah B dan limbah C sudah < 2000, yang
menunjukan bahwa bakteri di dalam limbah B dan limbah C sudah tidak mampu
bertahan dan tidak mampu mengubah limbah mentah menjadi limbah jadi lagi.

Gambar 4.3 Hubungan pH dengan Alkalinitas
Gambar 4.3 menunjukan
bahwa semakin tinggi pH, maka alkalinitas limbah juga akan semakin besar. Pada
limbah di ember A dapat terlihat pH besar dan alkalinitas besar daripada
dibandingkan limbah B dan limbah C. Hal ini menunjukan bahwa limbah A (limbah
mentah 5%) adalah yang paling bagus. Karena bakteri pada limbah A masih hidup
dan masih mampu menetralkan asam dari limbah mentah.
Dari ketiga ember
tersebut, dapat dilihat bahwa yang memungkinkan untuk diaplikasikan ke kolam
limbah PKS yaitu pemberian limbah mentah 5% (ember A). Dikarenakan pada
pemberian limbah mentah 5% ini, pH masih dalam keadaan neral dan alkalinitas
lebih dar 2000 sehingga bakteri masih bisa bertahan hidup dan masih dapat mengubah
limbah mentah menjadi limbah jadi.
1 comment:
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan Chemical yang tepat kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Evaporator
Oli Grease
Karung
Post a Comment