Wednesday 11 April 2012

FEEDING LIMBAH


Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah industri kebanyakan menghaslkan limbah yang bersifat cair atau padat yang masih kaya dengan zat organik yang mudah mengalami peruraian. Kebanyakan industri yang ada membuang limbahnya ke perairan terbuka, seingga dalam waktu yang relatif singkat akan terjadi bau busuk sebagai akibat terjadinya fermentasi limbah. Sebagian pengusaha industri yang akan membuang limbah diwajibkan mengolah terlebih dahulu untuk mencegah pencemaran lingkungan hidup disekitarnya.
Limbah cair pabrik kelapa sawit ialah buangan yang dihasilkan pada saat proses kelapa sawit yang berbentuk cair atau liquid. Limbah yang mengandung senyawa organik umumnya dapat dirombak oleh bakteri dan dapat dikendalikan secara biologis. Limbah cair PKS mengandung padatan melayan dan terlarut maupun emulsi minyak dalam air. Limbah yang langsung dibuang ke sungai sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, mengkonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang sangat tajam, dan dapat merusak daerah pembiakan ikan. Bahan buangan yang dihasilkan dari kegiatan industri dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan yang selanjutnya akan mengganggu atau mempengaruhi kehidupan masyarakat itu sendiri. Dampak dari kegiatan industri yang berpengaruh buruk tersebut terutama disebabkan oleh bahan-bahan pencemar yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik industri. Limbah cair PKS juga mengandung minyak yang akan mempengaruhi aktifitas bakteri, yaitu minyak tersebut berperan sebagai isolasi antara substrat dengan bakteri dan bila bereaksi dengan alkali dapat membentuk sabun berbusa yang sering mengapung dipermukaan kolam dan bercampur dengan benda–benda yang lain. Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen seperti ikan, bakteri-bakteri dan tanaman atau tumbuhan air akan terganggu dan terhambat perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di dalam air limbah tersebut. Limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki potensi sebagai pencemar lingkungan karena berbau, mengandung kadar minyak/lemak, nilai COD dan BOD serta padatan tersuspensi yang tinggi, sehingga perlu pengolahan lebih lanjut supaya limbah organik tersebut dapat diolah secara maksimal pada pH yang netral yaitu pH yang cocok bagi bakteri pengurai, sebelum dibuang kebadan sungai, sehingga air tersebut dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan terutama dalam mendukung kehidupan biota yang ada disungai tersebut.
Bila air limbah minyak kelapa sawit tidak terlebih dahulu diolah akan mengakibatkan terjadinya proses pembusukan di badan air penerima (outlet). Proses pembusukan mengakibatkan berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air, sehingga akan mengganggu kehidupan mikroorganisme air. Air limbah industri yang belum diolah tersebut bila dibuang langsung ke sungai akan mengubah pH air yang dapat mengganggu kehidupan organisme sungai. Melihat dampak yang ditimbulkan limbah pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang diperlukan langkah pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan limbah cair PKS lebih serius. Antara lain upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif pencemaran lingkungan adalah penurunan kadar minyak limbah kelapa sawit, penurunan nilai BOD dan COD.
Untuk menghasilkan limbah cair (effluent) yang layak dan aman bagi lingkungan, maka PKS GMK Satui melakukan pengendalian limbah secara biologis (sistem kolam anaerob dan aerob) dan secara kimiawi dengan menambahkan bahan-bahan kimia seperti soda ash dan janjang kosong agar menguragi logam-logam berat serta padatan-padatan yang terkandung pada limbah cair tersebut.
4.2 Tujuan
Tujuan dari tugas khusus ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pH limbah dan alkalinitas limbah agar diketahui apakah bakteri dalam limbah masih mampu bertahan atau tidak untuk mengolah limbah yang ada.
2.      Agar diketahui kapasitas atau kemampuan bakteri yang cocok untuk mengubah limbah PKS menjadi limbah yang tidak berbahaya bagi lingkungan.

4.3 Metodologi
            Pada analisa limbah cair PKS ini biasanya disebut dengan feeding limbah. Mengambil limbah jadi 10 L dan masing-masing dimasukan ke dalam ember sebanyak 3 ember dan ditutup. Mengukur pH dan alkanitas awal limbah dalam ember. Untuk mengukur alkalinitas, ambil sampel limbah sebanyak 10 mL kemudian dimasukan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 5 tetes indikator Methyl Orange, lalu dititrasi dengan H2SO4 0,1017N, catat volum titrasinya. Sedangkan untuk mengukur pH menggunakan kertas lakmus yang dicelupkan pada sampel.
            Setelah 4 jam, ukur lagi pH dan alkalinitas limbah di dalam ember. Setelah itu, tambahkan limbah mentah ke dalam limbah jadi yang ada di ember dengan variasi pada ember A:5%, B:10%, dan C:15%. Atau pada ember A ditambahkan 250 mL limbah mentah, pada ember B ditambahkan 500 mL limbah mentah, dan pada ember C ditambahkan 750 mL limbah mentah.
            Untuk hari ke 2 (setelah 24 jam), ukur pH dan alkalinitas limbah dalam masing-masing ember. Kemudian tambahkan limbah mentah, 250 mL pada ember A, 500 mL pada ember B, 750 mL pada ember C. Setelah 4 jam, ukur kembali pH dan alkalinitas, lalu tambahkan limbah mentah ke masing-masing ember dengan perbandingan variasi sama seperti sebelumnya.
            Untuk hari ke 3 sampai ke 6, mengulangi langkah seperti hari ke 2.


4.4 Hasil dan Pembahasan
4.4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan pH dan Volum Titrasi pada Limbah Cair
Hari ke
pH
Volum Titrasi (mL)
A
B
C
A
B
C
1
8.00
8
8
8
5,6
5,6
5,6
11.00
8
8
8
5,6
5,6
5,6
2
8.00
8
8
8
5,6
5,0
5,1
11.00
8
8
8
5,5
5,3
5,1
3
8.00
8
8
8
5,2
4,8
4,6
11.00
8
7
6
4,8
4,3
4,2
4
8.00
7
6
5
5,1
4,7
4,4
11.00
7
6
5
4,9
4,1
3,8
5
8.00
7
6
5
4,6
3,4
3,1
11.00
7
6
5
3,9
3,4
2,8
6
8.00
7
6
5
4,5
3,6
3,5













4.4.2 Hasil Perhitungan
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan pH dan Alkalinitas pada Limbah Cair
Hari ke
pH rata-rata
Alkalinitas rata-rata
A
B
C
A
B
C
1
8
8
8
2847,60
2847,60
2847,60
2
8
8
8
2822,18
2618,78
2593,35
3
8
7,5
7
2542,50
2313,68
2237,40
4
7
6
5
2542,50
2237,40
2084,85
5
7
6
5
2161,13
1728,90
1500,08
6
7
6
5
2288,25
1830,60
1779,75











4.4.3 Pembahasan
            Limbah cair PKS bersifat asam, sehingga untuk mengetahui bakteri dalam kolam limbah masih berfungsi (hidup) atau tidak disini dilakukan dengan cara menganalisis pH dan alkalinitas dari sampel kolam limbah tersebut. pH merupakan angka yang digunakan untuk menunjukkan intensitas asam dan basa suatu larutan. Sedangkan alkalinitas merupakan pengukuran yang menunjukan kemampuan suatu larutan untuk menetralkan asam.
Gambar 4.1 Hubungan Hari dengan pH pada Limbah Cair
Dari gambar 4.1 menunjukan bahwa pada hari-hari terakhir (5 dan 6), pH bakteri yang terdapat pada limbah A, B, maupun C semakin menurun atau semakin asam. Gambar 4.1 juga menunjukan bahwa hanya bakteri pada limbah A (variasi 5%) yang masih sanggup bertahan hidup hingga hari ke 6 dapat dilihat bahwa pH pada bakteri limbah A dalam keadaan netral (pH = 7). Sedangkan bakteri pada limbah B (variasi 10%) dan limbah C (15%) pH-nya sudah dibawah 7. Hal ini berarti bakteri pada limbah B dan limbah C sudah tidak mampu mengubah limbah mentah menjadi limbah jadi. Disebabkan bakteri pada limbah B dan limbah C tidak mampu bertahan hidup di suasana asam (pH < 7). Bakteri di dalam limbah hanya mampu hidup pada keadaan basa atau pada keadaan netral (pH ≥ 7).
Gambar 4.2 Hubungan Hari dengan Alkalinitas pada Limbah Cair
Gambar 4.2 menunjukan hubungan hari dengan alkalinitas pada limbah cair. Semakin hari, maka alkalinitas limbah cair juga menurun. Alkalinitas limbah cair menurun berarti kemampuan bakteri pada limbah cair untuk menetralkan asam dari limbah mentah PKS juga menurun. Hal ini dikarenakan bakteri pada limbah cair PKS tidak mampu bertahan hidup karena terlalu banyak limbah mentah yang diberikan (suasana menjadi terlalu asam atau kelebihan asam).
Alkalinitas limbah A pada hari ke 6 masih > 2000. Hal ini menunjukan bahwa bakteri pada limbah A masih sanggup bertahan dan masih mampu mengubah limbah mentah menjadi limbah cair. Sedangkan alkalinitas pada limbah B dan limbah C sudah < 2000, yang menunjukan bahwa bakteri di dalam limbah B dan limbah C sudah tidak mampu bertahan dan tidak mampu mengubah limbah mentah menjadi limbah jadi lagi.
Gambar 4.3 Hubungan pH dengan Alkalinitas
Gambar 4.3 menunjukan bahwa semakin tinggi pH, maka alkalinitas limbah juga akan semakin besar. Pada limbah di ember A dapat terlihat pH besar dan alkalinitas besar daripada dibandingkan limbah B dan limbah C. Hal ini menunjukan bahwa limbah A (limbah mentah 5%) adalah yang paling bagus. Karena bakteri pada limbah A masih hidup dan masih mampu menetralkan asam dari limbah mentah.
Dari ketiga ember tersebut, dapat dilihat bahwa yang memungkinkan untuk diaplikasikan ke kolam limbah PKS yaitu pemberian limbah mentah 5% (ember A). Dikarenakan pada pemberian limbah mentah 5% ini, pH masih dalam keadaan neral dan alkalinitas lebih dar 2000 sehingga bakteri masih bisa bertahan hidup dan masih dapat mengubah limbah mentah menjadi limbah jadi.

1 comment:

Tommy said...

Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan Chemical yang tepat kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.

Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management

OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Evaporator
Oli Grease
Karung